Saturday, October 30, 2010

Beware For Deforestation Effects

Deforestation gives a bad effect on the world climate and temperature change in the world. There are natural and anthropogenic factors can cause deforentation. Natural factors that can cause changes in forests over time including insects, forest fires, diseases, weather, competition between species, etc. Anthropogenic factors that can disturb forests include logging beyond a tolerable limit, urban sprawl, human-caused forest fires, invasive species with exsotic species, and the slash-burn practices of shifting cultivation. However, the loss and re-growth of forest leads to a distinction between two types of forest; primary or old-growth forest and secondary forest. 

Actually, forest includes in renuwable resources which is can be sustainable if there is well management of forest product. On the other side, the way to manage forest product did not follow what supposed to do. Nowdays, it is difficult finding forest-primary because of human activity which is not care and respect to our forest. Illegal logging becomes serious problem as time goes on. It needs serious handling because it gets in touch with crime. The rising of human necessities influence land-changing alterations. Forest plantations, coconut palm plantations, and mining activity in protection forest area become main affect of sustainable forest. Forest plantation, generally intended for the production of pulpwood and timber that increase the total area of forest worldwide. Actually, high-heterogeneous forest better than mono-specific condition or homogeneous which is heterogeneity influence the stabilization of forest. Most of people burn the forest to do land-clearing activity. However, it will be danger to our environment because of the smoke that contains damage gases. There are many mining activities in protection forest area that suppose forbidden for exploration activity.

Sunday, October 24, 2010

The Amazing of Tears

"Aku Haramkan Neraka Kepada Mata yang Selalu mengangis Karena Takut Kepada Allah"
(HR Ahmad dan an Nasa'i)


Mengangis merupakan sifat yang menjadi pembeda antara manusia dengan makluk lain. Banyak arti dibalik air mata yang keluar melalui kelopak mata kita. Menangis tidak hanya berkaitan dengan perasaan sedih saja melainkan juga dapat sebagai penanda kebahagiaan. Manangis adalah sifat alami yang Allah anugrahkan secara fitri kepada manusia. Ia adalah salah satu dari sekian banyak fenomena kejiwaan manusia. Dan sekarang sudah banyak diketahui beberapa faedah secara kesehatan manusia.

Berdasarkan buku dahsyatnya menangis karya Hasan bin Muhammad Ba Mu'aibid disebutkan bahwa banyak faedah dari segi kesehatan yang baik digunakan sebagai terapi kesehatan diantaranya adalah:
  1. Menangis merupakan cara alami untuk membuang unsur-unsur membahayakan dari tubuh manusia. Unsur-unsur ini diproduksi oleh tubuh saat manusia sedang mengalami keputusasaan dan ketakutan
  2. Otak bekerja mengeluarkan unsur-unsur kimia yang terdapat pada air mata yang menjadi tempat bersarangnya rasa sakit
  3. Menangis dapat menambah jumlah detak jantung dan dianggap sebagai sebuah latihan yang sangat berguna bagi sekat ronda badan, urat-urat dada dan kedua bahu. Setelah menangis, kecepatan detak jantung kembali ke asalnya semula. Hingga akan muncul perasaan tenang dan rileks
  4. Kajian yang dilakukan Dr. William Frey pada pusat penelitian mata dan air mata di Sant Pholl Rams Medical Centre menegaskan bahwa mengangis sangat berguna bagi kesehatan jiwa dan emosi kita  
  5. Para ilmuan telah melalukan penelitian terhadap air mata dan menemukan bahwa air mata mengandung 25% protein dan satu bagian dari zat besi, terutama magnesium, ini merupakan unsur racun yang bisa terbebas dari manusia saat ia menangis
  6. Air mata juga bekerja menjernihkan kornea mata dan memeliharanya dari kekeringan, ini merupakan faktor yang bisa membentu jelasnya penglihatan serta kuat dan tajamnya daya penglihatan

Friday, October 15, 2010

Cerdas, Bijak, Strategis Sikapi REDD

Berangkat dari komitmen bersama mengenai pembahasan mengenai perubahan iklim kelas dunia "Protokol Kyoto" yang dilaksanaakan tahun 1997 lalu di Kyoto Jepang,  meminta para negara maju yang dikatagorikan sebagai negara Annex 1 agar mengurangi emisi gas buang sebesar 5 persen dari level emisi tahun 1990. Selama kurun waktu yang berdekade ini evolusi industri dinegara maju secara telak menghasilkan gas buang yang kini semakin hari semakin dirasakan dampak buruknya terhadap lingkungan. Pertemuan ini menerangkan lebih lanjut mengenai kewajiban menunkan emisi gas buang  diberi rentang waktu selama periode 2008-2012. Hingga sekarang kesepakan itu belumlah tercapai targetnya.

Pertemuan pembahasan mengenai perubahan iklim ini tidak berhenti sampai disitu saja melainkan baru-baru ini telah terjadi pertemuan lanjutan membahas strategi dari hasil pertemuan ikim Kopenhagen, yaitu di Tianjin, China (Oktober 2010). Pada pertemuan Tianjin ini pun belum ditemukannya mekanisme yang tepat bagaimana cara menurunkan suhu global. Alih-alih dari kesepakan Protokol Kyoto yang menekan para negara maju ini untuk mengurangi emisi gas buangnya atau sering kita menyebut mitigasi, terjadi perkembangan pemikiran adanya kerjasanma antar negara maju dengan negara berkembang dengan dalih sebagian besar negara berkembang masih mempunyai luasan hutan yang besar dan dalam katagori perekonomian yang berkembang, agar melestarikan hutan sebagai bentuk kompensasi kewajiban mitigasi. Kerjasama ini kini diimplementasikan sebagai mekanisme REDD (Reducing Emisions from Deforestation and Land degradation). Mekanisme ini menawarkan kompensasi uang kepada negara berkembang dengan timbal balik melindungi hutan tropis yang vital.

Saturday, October 9, 2010

Wariskan Anak Cucu Kita Mata Air Jangan Air Mata!!

Banjir, longsor, cuaca ekstrim dan lain lain merupakan bagian kecil dari dampak yang kita rasakan bersama akibat hutan kita yang rusak. Sadar atau tidak sadar hutan adalah sumber daya alam anugrah dari tuhan yang sepatutnya kita jaga tapi karena ulah manusia yang terlalu "tamak", sekarang menjadi berkurang jumlahnya bahkan mungkin suatu ketika nanti keberadaan fungsi hutan yang begitu penting ini tidak lagi kita rasakan.

Teringat wejangan seorang dosen saya ketika pertama kali mengikuti orientasi mahasiswa pertama di Institut Pertanian Bogor "Wariskan Anak Cucu Kita Mata Air Jangan Air Mata". Bagi saya ini merupakan cambuk sekaligus tamparan bagi kita bahwa apa yang kita lakukan sekarang baik langsung ataupun tidak langsung telah membahayakan generasi yang akan datang. Manajemen pengelolaan yang kurang bijak dalam menyikapi sumber daya alam ini hendaknya mulai ditata lagi. Data di departemen kehutanan menyebutkan bahwa luasan hutan yang dirambah akibat pemukiman mencapai 34.005,46 ha, dan kehilangan 14.787 batang yang dinilai sebagai kerusakan di hutan kita. Sehingga tidak mengherankan ketika musim penghujan banyakny berita menyebutkan peristiwa erosi, banjir bandang dan ekstrimnya, di musim kemarau banyak daerah yang mengalami kekeringan. Hutan ini tidak lagi bisa melaksanakan fungsin sebagaimana mestinya disaat musim hujan akar-akar pepohonan tidak bisa menyimpannya sebagai cadangan air yang pada saat musim kering dikeluarkannya melalui mata air sebagai air cadangan tanah.

Wahai insan manusia yang dikatakan sebagai khalifah dimuka bumi ini, manusia yang memiliki hati dan akal bayangkan ketika kelak di akhirat nanti generasi kita menuntut kita atas apa yang kita lakukan sekarang sehingga mereka 'Menangis!! pada saatnya nanti kehausan bahkan tak lagi dapat menghirup udara segar. Berkontribusilah kita dalam upaya penyelamatan hutan meski dengan hanya menghemat kertas misalnya atau hanya dengan bibit tanaman yang kita tanam dipekarangan rumah. Hal kecil ini akan menjadi besar bila dilakukan bersama-sama. Saya yakin sesuatu tidak ada kata terlambat jika kita memulainya dari sekarang. Marilah KITA WARISKAN MATA AIR UNTUK ANAK CUCU KITA!!!!