Friday, January 2, 2015

Berawal dari 28 September 2014

Yahh.. masi jelas teringat perjalanan ini dimulai tanggal 28 September 2014, dimana kami terpisahkan lagi untuk kesekian kalinya. Kali ini jika Rabq berkehendak mungkin selama 5 tahun kami akan berjuang pada dimensi ruang yang berbeda. Kalo teringat itu tanpa sadar air mata menetes seraya berdoa ya Rab takdir ini pasti baik bagi kami semoga kami bisa menjalani episode hidup ini.

Petualangan ini pada awalnya tidak sendiri ada titipan Rabq di tubuh ini tapi takdir berkata lain di usianya yang 3 bulan Rabq mengambilnya lagi ditempatkannya di tempat yang jauh lebih bahagia dibanding dunia ini.

Rasanya bercampur aduk hanya sedikit berjuang dipikiranq saat itu untuk malam ini aq tidak ingin membuatnya berat melepaskanq. Urusannya tidak mudah ada sedikit hambatan dalam proses keberangkatannya tapi tidak lama hingga perpisahan pun benar terjadi. Kala itu aq memohon doa restu sembari mencium kakinya semoga ridhonya menyertai langkahq berjuang. Hati dan perasaan yang disembunyikan dengan senyum tertumpah setelah melalui imigrasi meneteslah air mata ini. Aq berlindung dari segala perasaan dan kesedihan semoga engkau perhitungkan ini sebagai amal ibadah.

Melalui negeri gingseng, sampailah di rumah baruq nafas baruku dan tempat merajut mimpi dan masa depan yang baru. Sapporo, Hokkaido 29 September 2014.

Thursday, January 1, 2015

We’ve Never Know Throughly

Bahagia Terhadap Takdir yang Sudah dan yang Akan Ditetapkan

Strengthen your heart and you will see the beautiful fate that made for you.

Saya yakin hal ini pun tidak hanya terjadi kepada saya. Ketika mereka bertanya, saya pun menjawab “Lalu mau bagaimana lagi”. Pernyataan itu seolah menjadi gambaran tidak adanya daya dan upaya atas apa yang sedang kita alami. Namun jawaban ini bagi saya merupakan jawaban mengenai kepasrahan dan keyakinan terhadap Maha yang menentukan, bahwa inilah jalan yang terbaik yang harus saya jalani tanpa bertanya apa dan bagaimana tanpa meragukan lagi. Saya menganggap apa yang terjadi pada kita, meski kita rasa tidak sesuai dengan harapan atau pun keinginan, karena memang sepenuhnya kita tidak tahu betul apa yang terbaik menurut kita. Pada khalayak, saya sampaikan pemikiran ini lah yang menjadi kekuatan saya untuk menjalani hidup yang jika dibandingkan, cerita hidup yang kurang bahkan tidak sesuai dengan keinginan kita lebih mendominasi dengan apa yang kita harapkan.

Takdir itu terbaik untuk saya

Manusia dikatakan sebagai makhluk yang sempurna jika dibandingkan dengan mkhluk yang lain. Akal dan perasaan yang kita miliki menjadi pembeda dengan yang lain. Dengan akal kita mampu berfikir dan dengan perasaan kita dapat berkasih sayang. Kekuatan berfikir yang dilandasi dengan perasaan yang kuat sering menjadi motivasi dan kekuatan tersendiri dalam meraih dan menjalankan sesuatu. Namun dibalik itu semua manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan. Indra kita yang terbatas, merupakan salah satu contoh kelemahan yang kita punya. Oleh karena itu tidak harus semua yang terjadi terhadap kita harus selalu dapat diterima dengan akal dan perasaan kita.

Setelah kita berikhtiar segala apa yang ditetapkan terhadap kita yakinilah bahwa itu merupakan yang terbaik untuk kita. Meski itu tidak sesuai dengan harapan atau keinginan kita, yakinilah bahwa harapan dan keinginan kita itu dapat saja menjadi tidak baik karena keterbatasan indra atau keterbatasan pemikiran yang kita miliki. Ketika kita dapat meyakini sesuatu itu adalah yang terbaik untuk kita maka semua indra dan perasaan bisa menerima hingga kita dijauhkan dari perasaan kecewa atau frustasi.

Dengan adanya pemikiran ini dapat menjadikan kita bahwa tidak semuanya harus kita tahu keseluruhannya. Ada rahasia-rahasia mengenai cerita hidup kita dimana hanya Tuhan yang tahu. Dengan ini hendaknya dapat menjadi motivasi kita untuk berbesar hati menerima setiap takdir yang telah dan akan ditetapkan terhadap kita. Kita merupakan ciptaan yang telah dijanjikan akan kesempurnaan pasti Tuhan telah menggariskan yang terbaik menurutNya. Tugas kita sebagai makhluk yang sempurna adalah menggunakannya indra dan perasaan kita sebaik dan semaksimal mungkin, sedangkan hasil yang akan didapat adalah murni rahasia dan kehendakNya. (Jakarta, Rifa)